Friday, September 12, 2025

Menyambut Mentari dari Gunung Inerie

 

Menyambut Mentari dari Gunung Inerie

View Point from Inerie Mountain



Di ketinggian yang menjulang di atas kota Bajawa, aku berdiri di puncak Gunung Inerie, menyambut pagi dini hari dengan keheningan yang begitu mendalam. Udara dingin langsung menyentuh kulit, menusuk hingga ke tulang, membawa kesegaran yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Di sekelilingku, gelap malam masih menguasai langit, sementara bintang-bintang berkelip seperti ribuan lampu kecil yang bertaburan di kanvas hitam yang luas. Aku menarik napas dalam-dalam, menghirup udara pegunungan yang bersih, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang basah oleh embun.


Pelan-pelan, di ufuk timur yang jauh, muncul semburat warna lembut—oranye, merah jambu, dan ungu—seperti sapuan kuas pelukis yang perlahan menembus kegelapan. Cahaya pertama pagi mulai membelah cakrawala, membangkitkan harapan dan kehidupan baru. Sinar matahari yang terbit tidak hanya menerangi bumi, tapi juga menghangatkan jiwa yang seolah terbangun dari mimpi panjang.


Sekelilingku sunyi, hanya terdengar suara alam yang tenang dan damai. Desiran angin berhembus di antara rerumputan yang basah oleh embun, menimbulkan suara gemerisik halus yang seolah menjadi nyanyian alam di pagi hari. Burung-burung mulai berkicau, melantunkan lagu-lagu indah yang menambah kedamaian suasana. Kabut tipis menggulung lembut di antara lembah-lembah di bawah puncak, menciptakan pemandangan bak lukisan magis yang penuh misteri dan keindahan.



Dari sini, pemandangan Bajawa tampak jelas dan menakjubkan. Atap-atap rumah kecil berjejer rapi di bawah sana, dikelilingi oleh ladang dan kebun yang mulai bangun menyambut sinar mentari. Gunung-gunung lain yang berdiri kokoh mengitari puncak ini, menciptakan pelukan alam yang kokoh dan abadi. Sesekali, awan putih tipis melintas pelan, menambah dimensi dramatis pada panorama pagi itu.


Di saat seperti ini, aku merasa begitu kecil di hadapan kebesaran alam. Namun, di saat yang sama, aku merasa sangat hidup, terhubung dengan alam dan semesta yang luas. Heningnya pagi hari di puncak gunung membawa kedamaian yang sulit diungkapkan dengan kata-kata—sebuah perasaan syukur yang dalam, sebuah keheningan yang penuh makna.


Matahari terus naik perlahan, menyapu kabut dan menggantikan warna langit dengan biru cerah. Hangatnya sinar mentari kini mengusir dingin, memberi energi baru untuk memulai hari. Aku berdiri sejenak, membiarkan diri tenggelam dalam keindahan dan ketenangan pagi ini, merasakan bahwa setiap detik adalah hadiah, dan setiap nafas adalah kesempatan untuk mengisi hidup dengan makna.

0 comments:

Post a Comment